Kisah yang
apaling berkesan selama dipesatren,tentu kisah tentang Kiai Ababil. Ia Kiai
yang cukup kondang dikotaku. Pernah dimusuhi Lekra,ketika Lekra sedang gencar
mementaskan sandiwara keliling. Kiai ababil menentang keras lakon-lakon itu
sehingga ia pernah diburu dan mau dihabisi.
Sustu hari,orang
yang member tahu bahwa Kiai Ababil bersembunyi digua dengan menggunakan jalur
burung terbang. Namun,meskipun gua persembunyiannya telah dikepung,Kiai Ababil
lolos juga. Waktu itu diyakini ia bias menghilang,atau mungkin juga terbang.
Bagiku,yang
berkesan dari Kiai Ababil adalah sarungnya.sarung yang biasa sebagaimana orang
memakai celana pendek atau panjang. Masa itu aku bagian dari orang-orang yang
ikut berebut mecuci sarung Kiai Ababil. Muncul perasaan puas jika aku berhasil
memcuci sarungnya. Rasanya seperti baru saja menunaikan tidak ibadah.
Untuk bias
meraih keinginan mencuci saraung Kiai Ababil,para santri kerap membuat
sayembara. Untuk sayembara kecil-kecilan ini saja,aku selalu ambisius. Bahkan
aku menempuh cara tidak sehat. Aku suap beberapa santri dengan sebatang rokok
supayamereka sengaja mengalah.
Aku paling suka
mencuci sarungnya ketika justru baunya minta ampun. Barangkali di situlah nilai
berkahnya. Aku tahu kelebihan dan kekurangan Kiai Ababi. Ia juga mudah percaya
padaku. Sampai dalam hal menemui tamu.
Tamu yang dating
pada Kiai umumnya minta saran dan doa khususnya dalam hal meraih cita-cita dan
nasib baik. Banyak tamu yang membawa souvenir berupa jam. Entah jam
tangan,dinding,menja dll. Aku dan santri-santri lain merawat dan menginvestasi
jam pemberian tamu itu.
Banyak keculasan
yang aku lakukan selama hidup dipesantren asuhan Kiai Ababil. Dimasa
mudaku,pesantren kutinggalkan. Aku pamit studi kekota lain yang mengantarka aku
meraih pendidikan tinggi,berkerja mapan,lalu bergabung dengan sebuah partai.
Tapi kini,di
usia tuaku,mirip Kiai Ababil dulu,aku justru hanya tinggal ,eringkuk dipenjara.
Menghabiskan hari-hari Cuma dengn selalu mengenakan sarung. Masih cukup lama
gerhana hidup yang mesti kutempuh selama dipenjara.
Bodohnya
teman-temanku yang dulu kerap kuculasi selama dipesantren tetap berbaik hati
kepadaku hingga kini. Mereka masih mau saja menjengukku. Sungguh hamper tidak
ada yang kusesali dari seluruh perjalanan hidupku. Karena baik dan buruk yang
kulakukan sudah kutebus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar